Mereka yang Mengais Reruntuhan, Mencari Mayat Sanak Saudara | Thursday, December 30, 2004
Mereka yang Mengais Reruntuhan, Mencari Mayat Sanak Saudara
Abaikan Bau Menyengat, Terus Bolak-balik Setiap Jasad Nasib ribuan orang belum jelas. Sangat mungkin lenyap ditelan tsunami. Mereka yang selamat tak kenal lelah mencari saudaranya yang keberadaannya tidak diketahui itu. Bagaimana mereka mencari sanak saudara di tengah ribuan mayat tak beridentitas?
DWI SASONGKO BANDA ACEH Rona kesedihan terpancar jelas pada wajah Erwin. Sambil terus berjalan menuju kamar mayat Rumah Sakit Kesehatan Kodam (RS Kesdam) Iskandar Muda Banda Aceh, pandangan lelaki berusia 45 tahun itu tampak kosong. Karyawan BRI Banda Aceh tersebut menggandeng seorang anak laki-laki yang berumur sekitar 10 tahun.
Ketika wartawan Koran ini menyapa, dia menyambutnya dengan sangat ramah. Namun, wajah sedihnya tak bisa disembunyikan. "Saya mau ke kamar mayat mencari keluarga saya," kata Erwin sambil menunjuk ke arah lorong jalan menuju kamar mayat RS milik TNI-AD tersebut. Ketika ditanya lebih jauh, dia tak bisa menyembunyikan rasa gundahnya. Dia berterus terang, kedatangannya ke kamar mayat untuk mencari enam anggota keluarganya.
Tak tanggung-tanggung, keenam orang yang sedang dicarinya itu adalah orang-orang yang sangat dekatnya. Mereka adalah istri tercinta, tiga anaknya, dan kedua mertuanya. "Semuanya telah hilang, Mas. Saya tidak tahu lagi mereka berada di mana. Kalau mereka telah meninggal, jenazahnya di mana," tutur Erwin sambil berus berjalan.
Tak lama berselang, sambil menunduk, dia berhenti bicara. Dia berusaha menarik napas panjang sambil mengangkat wajahnya. Kedua matanya terlihat mulai berkaca-kaca.
Ditanya anak kecil yang bersamanya, dia mengaku bukan keluarganya. Anak kecil tersebut ditemukan sedang bingung di jalan mencari kedua orang tuanya. Karena itu, dia mengajak sekalian untuk bersama-sama mencari.
Warga Kedah, Banda Aceh, itu mengungkapkan, secara fisik sudah penat mencari keberadaan keluarganya. Sebab, Minggu siang ketika gelombang tsunami mulai surut, Erwin sudah mengecek ke berbagai tempat tumpukan jenazah. "Saya sudah bolak-balik ke kamar mayat, ke masjid. Pokoknya, sudah banyak tempat yang saya datangi. Tapi, semuanya nihil," jelasnya.
Semua jenazah yang bergelimpangan di dekat reruntuhan rumahnya juga dia bolak balik. Diamati satu per satu. Bukan hanya itu, mayat-maya yang bergelimpangan di areal bekas kampungnya yang kini rata dengan tanah itu juga dibolak-balik. Bau jenazah yang mulai membusuk tidak mengurangi semangatnya mencari orang-orang dekatnya itu. Namun, sampai kemarin, Erwin belum menemukan satu pun di antara enam orang yang dicarinya itu. "Ya Tuhan, pertemukan saya dengan mereka," ujarnya.
Erwin mengaku akan terus mencari keberadaan keluarganya. Lantara begitu bersemangat mencari anak, istri, dan mertuanya itu, Erwin sering lupa makan.
Di Banda Aceh, sebagian jenazah korban tsunami berada di kamar mayat RS Kesdam. Sementara itu, diperkirakan ribuan mayat masih bergeletakan di berbagai tempat di ibu kota provinsi itu.
Mayat juga dikumpulkan di Tugu Persimpangan Lambaro, Aceh Besar. Tepatnya, di depan Kantor PMI Cabang Aceh Besar. Sampai kemarin, sekitar 2.000 jenazah terkumpul di situ.
Meski mengalami cobaan sangat berat, Erwin berusaha tetap tegar. Sambil mengusap kedua matanya, dia terus berusaha mencari orang-orang tercintanya itu. "Saya akan terus mencari sampai menemukan mereka," ujarnya dengan air mata berlinang.
Bagaimana Erwin bisa selamat? Minggu pagi itu, sekitar pukul 07.00, dia sudah pergi ke kantor yang berada di pusat kota Banda Aceh. Bukankah Minggu bank libur? Dia mengangguk. Namun, pada Minggu kemarin, kantornya mengadakan pesta kecil-kecilan untuk memperingati hari ulang tahun BRI. Ulang tahun BRI sebenarnya jatuh pada 16 Desember lalu. "Pukul 08.00 gempa besar. Saya saat itu di kantor. Saya kaget," ungkap Erwin.
Pikirannya langsung mengingat anak dan istrinya yang berada di rumah. Tanpa pikir panjang, dia lantas mengambil motor dan pulang. Betapa kaget dia saat tiba di rumah. "Rumah saya sudah rata dengan tanah," ungkapnya, sedih. Dia kemudian mencari keluarganya dengan berusaha membongkar-bongkar bangunan.
Tapi, belum lama tangannya mulai bekerja, dia mendengar suara gemuruh. Dia melihat air yang bercampur lumpur menuju ke arahnya. "Seperti air bah, menyapu setiap barang yang dilewatinya," ungkap Erwin.
Tak pelak, dia langsung berlari sekencang-kencangnya. Untung, di depannya ada rumah bertingkat. Tanpa pikir panjang, dia masuk ke rumah itu dan naik ke atapnya.
Dia mengaku bersyukur karena rumah tempatnya berlindung cukup kuat menahan gelombang tsunami. Setelah airnya surut, Erwin baru berani turun dan mulai mencari lagi keluarganya. "Saya tak tahu lagi. Saya akan terus mencari mereka. Semoga mereka selamat. Kalaupun meninggal, saya ingin jenazah mereka ditemukan," ungkap Erwin, sedih.
Kisah Erwin itu adalah satu contoh di antara ribuan warga Aceh yang kini bingung mencari keluarganya. Tempat penampungan mayat menjadi sasaran pencarian para keluarga korban. Misalnya, kemarin, sudah 80 jenazah yang diambil keluarganya dari tempat penampungan di Kantor PMI Lambaro, Aceh Besar.
Hingga kemarin, Banda Aceh masih menyerupai kota mati. Seluruh infrastruktur tak berfungsi. Aliran listrik dan sambungan telepon terputus. Kebutuhan sehari-hari langka. Ratusan mayat bergelimpangan di sepanjang jalan di pusat kota berjuluk Serambi Makkah tersebut. Kemarin sebagian jenazah sudah mulai dikubur secara masal di Desa Lambada, Kec Lambaro, Aceh Besar. Pemda Aceh menyediakan sekitar 3 hektare tanah untuk penguburan jenazah tersebut.
*************************
Created at 10:43 AM
*************************
|
|
welcome
hello
MENU
HOME
Cinta Ku
Cinta - Al- Qur'an & Hadist
Cinta - Artikel
Cinta - Berita
Cinta - Busana & Perkawinan
Cinta - Cerita
Cinta - Doa
Cinta - Kecantikan
Cinta - Kesehatan
Cinta - Liputan Khusus
Cinta - Masakan & Minuman
Cinta - Musik
Cinta - Muslimah
Cinta - Puisi
Cinta - Rukun Iman & Islam
Links
Archieve
December 2004[x] January 2005[x] August 2005[x]
|
|