<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar/9838259?origin\x3dhttps://cintaku-be.blogspot.com', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 
 

Saat Menyelamatkan Diri, Sempat Beda Pendapat dengan Istri | Thursday, December 30, 2004


Saat Menyelamatkan Diri, Sempat Beda Pendapat dengan Istri

Kisah Calon Jamaah Haji yang Selamat ketika Tsunami Menerjang Asrama Haji
Lemparkan Anak Bungsu Melewati Tembok 2,5 Meter
Gelombang tsunami menyisakan duka bagi sebagian calon jamaah haji kloter 8 Embarkasi Aceh. Sebagian di antara mereka hilang. Bagaimana kisah mereka yang mampu lolos dari bencana dahsyat itu?

Djaka Susila, Aceh Utara
Wajah Bukhori, 60, masih terkesan lelah. Tangan laki-laki asal Desa Muara Dua, Lhokseumawe, itu sering merogoh handphone-nya. Kadang, dia hanya melihat, kadang mencoba menelepon. Tapi, rupanya, dia selalu gagal. Bukhori terus duduk di teras Masjid Dewantara, Kreung Gekeuh, Lhokseumawe. Matanya berkali-kali menatap ke luar halaman masjid untuk melihat siapa yang datang.

Siang kemarin, Bukhori dan istrinya, Umi Kalsum, sengaja datang ke Masjid Dewantara untuk mencari tahu para calon haji kloter 8 yang juga tersapu gelombang tsunami itu. Memang, 325 calon haji berasal dari Aceh Utara dan sebagian Lhokseumawe. Informasi yang diperoleh Bukhori siang kemarin, para calon haji dan pengantarnya yang menjadi korban akan dibawa ke Masjid Dewantara.

Bukhori adalah salah satu calon jamaah haji kloter 8 yang selamat. Bersama sang istri, dia akan menunaikan ibadah haji pertamanya. Namun, beberapa jam sebelum berangkat, tsunami menahan langkahnya. Muka Bukhori langsung tersenyum ketika wartawan koran ini menyapa dan memintanya untuk berbagi pengalaman peristiwa mengenaskan tersebut.

"Alhamdulillah, Dik. Saya dengan istri saya selamat. Allah menolong jiwa saya," katanya kepada koran ini sebelum membuka cerita.

Sebelum kejadian sekitar pukul 07.00 WIB, Bukhori dan istrinya serta jamaah lain mendapatkan kesempatan untuk bertemu keluarga. Waktu yang disediakan sekitar dua jam atau hingga pukul 09.00. Waktu itu dimanfaatkan Bukhori bersama ketiga anak dan 20 pengantarnya untuk bercerita.

Namun, setelah satu setengah jam berbicara, tiba-tiba terjadi gempa ringan. Gempa tersebut belum menyiutkan nyali Bukhori dan keluarganya. Mereka hanya berpegangan tangan dan keluar dari Asrama Haji untuk melihat apa yang terjadi. Lima belas menit kemudian, guncangan kembali terjadi. Kali ini lebih besar. Nyali Bukhori jadi ciut.

"Saya melihat beberapa gedung di luar bergoyang karena getaran yang lebih besar dari yang pertama," tuturnya.

Bapak tiga anak itu langsung berpikir cepat. Dua anaknya langsung digandeng ke luar. Istrinya pun langsung menggandeng anak bungsu mereka dan melarikannya ke lapangan yang jaraknya sekitar 100 meter. Saat sudah berada di luar pagar asrama haji, Bukhori sempat melihat gedung asrama itu bergoyang. Dalam pikirnya, gempa tersebut bisa merobohkan baungunan tersebut.

Bukhori kembali kaget ketika beberapa calon jamaah haji meminta dirinya dan yang lain berlari lebih jauh. "Air? air? air?.," teriak orang itu kepada Bukhori.

Pada awalanya, Bukhori belum mengerti apa yang dimaksud orang yang berteriak air tersebut. Beberapa menit kemudian, ada air yang mengalir deras menunju ke arahnya. Meskipun bukan gulungan ombak, arus air yang cukup deras tersebut membuat beberapa orang di dalam asrama haji lari kalang kabut.

... Yang mengherankan lagi, sebagian dari para calon jamaah haji memilih berdoa dan membaca ayat-ayat suci Alquran. Bukhori menebak, merekalah yang menjadi korban tsunami tersebut. "Karena saat air mengalir, saya dengar mereka masih mengaji," katanya.

Bukhori pun langsung lari menyelamatkan diri. Kali ini dia menggendong anak bungsunya yang semula digendong istrinya. Sedangkan dua anaknya yang lain digandeng istrinya. "Terus terang, waktu itu saya tak memikirkan istri dan kedua anak saya. Saya hanya berdoa semoga mereka selamat," ujar Bukhori yang berpikir terpisah dari istrinya.

Bukhori terus berlari bersama orang lain. Tapi, dia akhirnya terhambat tembok tinggi sekitar 2,5 meter. Sambil menggendong anak bungsunya yang masih berumur 6 tahun, Bukhori berusaha menaiki tembok tersebut. Sudah tiga kali mencoba, tetapi Bukhori tetap tidak bisa melewai tembok itu. Padahal, air mulai mendekat.

Entah kenapa, Bukhori langsung melemparkan anak bungsunya melewati tembok tinggi itu. Berhasil. Sebelum menyusul anak bungsunya, dia melihat istri dan kedua anaknya berada di belakang. Saat itu hatinya bertambah lega. Bukhori segera membantu istri dan kedua anaknya melewati tembok tersebut.

Berhasil melewati tembok, mereka kembali berlari. Namun, Bukhori salah jalan. Ketika tiba di sebuah persimpangan, orang lain memilih berbelok kanan. Tetapi, Bukhori dan istrinya belok kiri. "Ternyata, saya justru mendekati datangnya air dari arah yang lain," ujarnya. Saat itu Bukhori dan istrinya sempat berselisih pendapat.

Istri Bukhori memilih melanjutkan berlari. Tapi, Bukhori memilih mencari rumah bertingkat. Bukhori pun memberanikan diri masuk ke rumah yang berlantai dua. "Keluarga mereka langsung menolong kami dan kami berada di lantai atas," kata Bukhori.

Selama satu jam, Bukhori dan keluarganya berada di rumah berlantai dua tersebut. Dia menyaksikan gelombang tsunami yang menghantam kota Banda Aceh. Menurut dia, tinggi gelombang mencapai lima meter.

Setelah satu jam menunggu dan melihat aliran air sudah mereda, Bukhori dan keluarga memberanikan turun. Ketika itu, mereka melihat mayat bergelimpangan di pinggir jalan. Bahkan, ada masih terbawa arus. Beberapa mobil berserakan. "Banda Aceh seperti kota mati, Dik," katanya.

Tidak tahan melihat penderitaan, Bukhori bersama beberapa penduduk yang masih hidup membantu mengevakuasi beberapa mayat. Dengan dibantu beberapa satuan Brimob dan TNI, mereka mengevakuasi mayat-mayat yang ada dan yang bisa dilihat.

Malamnya, Bukhori menginap di rumah seorang pejabat. "Saya inginnya langsung pulang, tapi saya membantu mengevakuasi mayat sampai sore. Saat itu lampu mati dan handphone tidak bisa digunakan,’ katanya. Baru keesokan harinya, dengan mengendarai truk Bukhori meninggalkan Banda Aceh kembali ke Muara Dua, Lhokseumawe. Bukhori pun menyempatkan diri ke Masjid Dewantara untuk melaporkan kejadian yang dialami.

"Sebagian sudah meninggal, Dik, tapi ada jamaah yang masih hidup. Yang paling banyak kan yang mengantarkan. Alhamdullilah, pengantar saya yang berjumlah 20 orang selamat semua," katanya. Beberapa tas tidak bisa diselamatkan. Tapi, paspor dan barang-barang penting yang dimasukkan tas kecil bisa diamankan.

Bukhori mengaku masih bingung mengenai nasib dia dan istrinya. Dia tetap berharap bisa menunaikan haji tahun ini. Tetapi, musibah telah menimpa dia. Selain menunggu kabar dari calon jamaan haji lain, Bukhori juga meminta pemerintah memberikan kebijakan agar dirinya bisa berangkat haji tahun ini.

"Saya tetap ingin pergi sekarang. Tetapi, saya tak tahu kebijakan pemerintah. Saya mau harus berangkat dari embarkasi Medan atau yang mana saja," ujarnya penuh harap. (***)

*************************
Created at 9:53 AM
*************************

 
welcome


hello

MENU

HOME

Cinta Ku

Cinta - Al- Qur'an & Hadist

Cinta - Artikel

Cinta - Berita

Cinta - Busana & Perkawinan

Cinta - Cerita

Cinta - Doa

Cinta - Kecantikan

Cinta - Kesehatan

Cinta - Liputan Khusus

Cinta - Masakan & Minuman

Cinta - Musik

Cinta - Muslimah

Cinta - Puisi

Cinta - Rukun Iman & Islam

Links


Archieve

December 2004[x] January 2005[x] August 2005[x]