<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar/9838259?origin\x3dhttps://cintaku-be.blogspot.com', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 
 

Ada Keajaiban di Tengah Prahara | Tuesday, January 11, 2005


Ada Keajaiban di Tengah Prahara

ISAK tangis menyelimuti pencarian korban gelombang tsunami di Desa Onolimburaya, kemarin. Di tengah pencarian korban di desa yang terletak di Kecamatan Mandrehe, Kabupaten Nias, Sumatra Utara (Sumut), itu tim SAR tersentak oleh suara nyaring seorang bayi. Tim SAR pun segera mencari sumber suara itu.

Semangat mencari bayi disertai ketakutan itu terus dilakukan. Tim SAR bersama masyarakat yang melakukan pencarian sempat khawatir, karena sumber suara bayi itu tidak kunjung ditemukan. Suasana sempat hening. Mereka tak putus asa dan tetap menelusuri sumber suara bayi di atas atap rumah. Ternyata, bayi itu tersangkut di atap sebuah rumah yang nyaris roboh.

Bayi yang ditemukan itu seorang laki-laki, anak seorang nelayan bernama Silpati Gulo, 20. Silpati tidak berada di lokasi kejadian saat tsunami menggulung desa itu.

''Saat kejadian, saya di Pulau Asu. Saya terkejut ketika saya melihat rumah saya nyaris roboh. Saya pun sempat pingsan ketika tahu istri saya meninggal. Saya tidak tahu harus berbuat apa untuk anakku ini,'' kata Silpati terbata-bata.

Lelaki berbadan kurus itu tidak mampu membendung tangisnya. Sesekali dia menghapus air mata sambil menggendong anaknya yang baru berusia 1,5 bulan itu. Emosinya tak terkendali, perawat tim medis pun meminta bayi tersebut untuk dirawat sementara.

Kini bayi piatu itu dirawat oleh tim medis di posko satuan pelaksana (satlak) di Gereja Orahua Niha Keriso Protestan (ONKP) Sisarahili, Kecamatan Mandrehe. Anak yang masih membutuhkan air susu ibu itu hanya diberi susu instan. Pos satlak yang diselimuti kesedihan dan air mata itu pun sempat hening. Keselamatan bayi dari bencana tsunami saat suasana Natal itu menjadi perhatian para pengungsi.

''Keselamatan bayi ini, keajaiban Tuhan,'' kata Silpati yang ditinggal istrinya, Nuraini Halawa.

Keajaiban serupa dirasakan keluarga Bajatulo Gulo, 40. Bajatulo bersama istri dan enam anaknya tinggal di Desa Sisarahili, Kecamatan Mandrehe. Dia bersama keluarganya selamat dari bencana tsunami berkat seutas tali.

Bajatulo bersama keluarganya saksi hidup dari bencana tsunami yang merobohkan ratusan rumah di Kecamatan Mandrehe. Dia menyaksikan bagaimana tsunami disertai suara gemuruh itu menerjang pada minggu (26/12) pukul 09.00 WIB.

''Saat kejadian, saya merasakan ada keajaiban. Sebelum gelombang tsunami menggulung pantai, saya mendengar suara gemuruh. Beberapa menit kemudian saya melihat gelombang besar. Melihat gelombang besar itu, saya membawa anak-anak dan istri ke lantai dua. Namun, air terus meninggi hingga nyaris mencapai lantai dua. Saya pun mengambil seutas tali dan mengikatkannya ke pohon kelapa setinggi sekitar tujuh meter persis di belakang rumah. Saya menarik anak dan istri satu per satu dengan tali untuk naik ke dahan pohon kelapa tersebut,'' kata Bajatulo.

Berkat seutas tali itulah, Bajatulo dan keluarganya selamat. Mereka bertahan di dahan pohon kelapa itu selama satu jam. Mereka menyaksikan betapa dahsyatnya gelombang tsunami merobohkan rumah mereka hingga rata dengan tanah dan terseret sejauh tiga meter dari posisi fondasi rumah.

''Ini benar-benar mukjizat Tuhan. Ketika kejadian, saya tenang dan seperti dituntun untuk menyelamatkan istri dan anak-anak,'' katanya dengan terharu.

Dengan pandangan nanar, Bajatulo melihat rumah-rumah dan gereja dihantam gelombang tsunami. Di sekitar rumahnya belasan rumah roboh dan Gereja ONKP Marooyo nyaris roboh. Pohon karet, kelapa, dan sagu yang mendominasi ladang di sekitar lokasi juga banyak yang roboh.

''Bagaimana, pohon-pohon sudah pastilah roboh. Soalnya, gelombang tsunami begitu dahsyat. Apalagi gelombang besarnya terjadi sebanyak enam kali,'' katanya.

Di sisi lain, Tim Satlak Penanggulangan Bencana dan Pengungsian (PBP) terus melakukan penanganan. Tim SAR juga terus mencari para korban sepanjang hari kemarin. Mereka menemukan tujuh mayat anak-anak di rawa-rawa dan perkebunan karet, sekitar 1 km dari garis pantai. Sebelumnya di desa yang sama 17 mayat sudah ditemukan.

''Jadi, sudah 14 mayat korban yang ditemukan di Desa Sisarahili ini,'' kata Lettu E Peranginangin, Perwira Seksi (Pasi) Operasi Kodim Nias kepada Media di lokasi pencarian.

Jenazah korban yang umumnya beragama Katolik itu telah dikuburkan.

''Seluruhnya sudah dikuburkan di sini,'' kata Pastor Matheus OFC sambil menunjuk kuburan para korban usai melaksanakan upacara penguburan.

Pencarian mayat korban masih terus dilakukan. Jumlah korban yang ditemukan di Kabupaten Nias yang dicatat posko utama Satlak PBP Kabupaten Nias sebanyak 66 mayat dan 57 orang lagi hilang dan sedang dalam pencarian. (Kennorton Hutasoit/X-8)
Media Indonesia

*************************
Created at 10:24 AM
*************************

 
welcome


hello

MENU

HOME

Cinta Ku

Cinta - Al- Qur'an & Hadist

Cinta - Artikel

Cinta - Berita

Cinta - Busana & Perkawinan

Cinta - Cerita

Cinta - Doa

Cinta - Kecantikan

Cinta - Kesehatan

Cinta - Liputan Khusus

Cinta - Masakan & Minuman

Cinta - Musik

Cinta - Muslimah

Cinta - Puisi

Cinta - Rukun Iman & Islam

Links


Archieve

December 2004[x] January 2005[x] August 2005[x]