<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar/9838259?origin\x3dhttps://cintaku-be.blogspot.com', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 
 

Adik Terlepas dari Genggaman | Sunday, January 02, 2005


Adik Terlepas dari Genggaman

Minggu, 02 Jan 2005,
KEYAKINAN akan menemukan keluarga pengganti dipegang oleh Anggun. Gadis 15 tahun asal Aceh, yang menjadi korban tsunami itu, naik Hercules begitu saja ke Medan. Padahal, gadis yang terluka tersebut tak punya keluarga di ibu kota Sumatera Utara itu. Ayah, ibu, dan tiga adiknya tak jelas di mana kini.

Anggun sepakat naik Hercules bersama tiga kawan sebayanya yang baru saja berkenalan dan membantunya, yaitu Betra, Tulus, dan Jurinata. Mereka bertemu di Posko Penampungan Rindam Matari, Banda Aceh, sesaat setelah keluarga mereka tercerai berai akibat tsunami.

Teman baru yang senasib itu sangat berarti bagi Anggun yang sebatang kara. Sebab, lukanya cukup serius. Sekujur tubuhnya dipenuhi goresan akibat terbentur aneka benda keras saat tubuhnya diseret arus. Mukanya juga penuh luka. Matanya memerah. Kawannya yang kondisinya lebih ringan membantu merawat luka Anggun dengan semampu mereka.

Sandaran sementara hidup keempat anak itu makin lengkap ketika seorang ibu iba melihat anak-anak pengungsi itu. Ibu Hamidah pun memboyong keempat anak itu ke rumahnya di Jalan Dodik 10 C, Kapling VII, Kelurahan Cinta Damai, Kecamatan Medan Helvetia.

Beban Anggun pun sedikit lebih ringan kini, meski kondisi batinnya masih terpukul berat. "Alhamdulillah, saat ini kondisi saya sudah agak membaik," ujar Anggun.

Siswa kelas I SMU Negeri 1 Banda Aceh itu juga sudah bisa bercerita saat air bah mengubah arah hidupnya ke dalam ketidakpastian. Dia menuturkan, pada saat gempa, mereka sekeluarga berada di rumah, Kedah Muka, Banda Aceh.

Saat gempa, sebenarnya ayah Anggun, Marlidon, sudah membawa keluarganya ke luar rumah. Namun, tak dinyana, kemudian air laut datang dan menghantam rumah-rumah, termasuk di kawasan yang tak jauh dari pantai itu.

Di tengah kepanikan, Anggun sempat meraih adiknya, Aido. Tetapi, karena arus yang menghantam itu begitu besar, akhirnya bocah enam tahun itu terlepas dan terseret arus. Hingga kini dia tak tahu kabar adik, ayah, dan ibunya.

Pada saat diseret arus, Anggun tetap sadar. Dia berupaya sebisanya menyelamatkan diri di sela-sela kayu yang mengimpitnya. Hingga akhirnya, dia terseret sampai di Jembatan Surabaya, sekitar dua kilometer dari rumahnya.

Takut terperosok ke kolong jembatan yang penuh dengan kayu dan benda tajam, dengan menahan rasa sakit, Anggun berenang ke pinggir. Dia berhasil mencapai tepi kali.

Kemudian, Anggun mencari rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan. Akhirnya dia menemukan Rumah Sakit Sakina, Banda Aceh. Lagi-lagi sial, di rumah sakit itu tak satu pun perawat dan dokter yang siap bertugas. Mereka semua ketakutan. Mereka mendapat kabar akan terjadi gempa susulan.

Anggun yang terluka itu pun berjalan lagi. Sampailah dia di Posko Rindam Matari. Di tempat penampungan korban gempa dan gelombang tsunami itu, Anggun bertemu dengan tiga remaja yang mengalami nasib serupa dengan dirinya.

Dengan cepat, mereka menjalin persahabatan. Jurinata membersihkan luka Anggun yang semakin parah. Dengan susah payah, dia berusaha mencari obat-obatan untuk mengobati luka Anggun. Kondisi ketiga teman barunya itu memang lebih baik. Mereka tidak luka luar, hanya rasa pegal di seluruh tubuhnya.

Karena susahnya mencari obat dan bahan makanan, akhirnya keempat anak iu nekat pergi ke Medan. Walaupun di Medan mereka tidak memiliki sanak saudara. Dengan menumpang pesawat Hercules dari Bandara Blang Bintang, mereka terbang ke Medan.

Sesampainya di Bandara Polonia Medan, mereka tidak tahu hendak ke mana. Dengan memberanikan diri, mereka menyetop truk TNI. Lalu, keemat remaja itu pun naik ke truk tersebut hingga tiba di markas kodam, Jalan Medan Binjai.

Lantas, mereka mencari rumah sakit terdekat untuk merawat Anggun. Mereka menemukan rumah sakit. Dan, akhirnya mereka berempat dijadikan anak angkat Hamidah di Jalan Dodik No10 C, Pondok Kelapa, Medan. (dra)

*************************
Created at 8:30 AM
*************************

 
welcome


hello

MENU

HOME

Cinta Ku

Cinta - Al- Qur'an & Hadist

Cinta - Artikel

Cinta - Berita

Cinta - Busana & Perkawinan

Cinta - Cerita

Cinta - Doa

Cinta - Kecantikan

Cinta - Kesehatan

Cinta - Liputan Khusus

Cinta - Masakan & Minuman

Cinta - Musik

Cinta - Muslimah

Cinta - Puisi

Cinta - Rukun Iman & Islam

Links


Archieve

December 2004[x] January 2005[x] August 2005[x]