<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar/9838259?origin\x3dhttps://cintaku-be.blogspot.com', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 
 

Anak Saya Teriak Abi ? Abi, Air Sudah Datang | Monday, January 03, 2005


Anak Saya Teriak Abi ? Abi, Air Sudah Datang

Senin, 03 Januari 2005
TEMPO Interaktif, Jakarta: Dr Husni (40), Dosen Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Bersama dua orang anaknya, Husni selamat. Namun isteri dan seorang anaknya belum ditemukan. Anak bungsunya yang berumur satu tahun ditemukan tidak bernyawa lagi di dekat reruntuhan rumahnya. Dr Husni tinggal di kawasan Ajun, dua kilo meter dari pantai Krueng Raya, Banda Aceh. Berikut penuturannya kepada wartawan Tempo Bambang Soed dan Hambali di Bandara TNI-AU Kelapa Sawit, Polonia, Medan:

Seperti biasa hari Minggu, saya di rumah. Tiba-tiba terjadi gempa dan saya sempat azan, namun gempa juga belum selesai. Anak-anak sempat mau buang air, lalu .saya bawa ke mesjid, karena tidak berani ke rumah takut roboh. Mesjid letaknya 100 meter dari rumah. Tiba-tiba datang gempa susulan. Bersama itu ada yang teriak banjir. Istri saya lari dengan kedua anak saya yang lain. Kedua anak yang saya bawa ini ada ditangan saya. Air membawa saya ke atas loteng.anak saya yang satu dibawa loteng. Anak saya berteriak abi ? abi. Namun air sudah diatas kami. Kami tenggelam waktu itu. Tiba-tiba ada yang menarik kami, tidak tau siapa. Kami akhirnya berada di lantai dua, sebuah bangunan yang baru dibangun didekat rumah saya.

Disaat itu, saya meliahat ada sebuah mobil yang terbawa air. Saya tahu itu mobil teman saya. Kemudian lambat laun mobil itu tenggelam dalam pandangan saya. Kita lihat semua sudah jadi laut. Waktu juga tetap terjadi gempa. Satu jam kemudian kami turun karena dirasa sudah aman. Di sana kami langsung ke jalan yang lebih tinggi. Disana lah saya dihatam kayu. Kemudian dari jalan ini kami menuju tempat pengungsian sementara.

Saya bingung.karena kata orang kumpul di mesjid. Sementara saya sudah punya dua anak. Dengan kaki pincang dan dua anak saya tentu susah mencari istri saya. Anak ini menjerit-jerit. Senin kemarin, saya bawa anak saya ke tempat saudara di Blangbintang. Tempat ini tidak parah terkena gempa.

Setelah saya titipkan anak saya, saya kembali ke rumah saya untuk melihat kondisi. Rumah saya rusak berat. Tidak jauh dari situ, saya temukan anak bungsu saya sudah menjadi mayat. Kemudian saya kuburkan di dekat rumah saudara saya di Blang Bintang.
Keluarga saya di Aceh 100 orang dan yng pasti selamat 12 orang. Orang tua saya juga hilang.?

www.tempointeraktif.com

*************************
Created at 7:45 AM
*************************

 
welcome


hello

MENU

HOME

Cinta Ku

Cinta - Al- Qur'an & Hadist

Cinta - Artikel

Cinta - Berita

Cinta - Busana & Perkawinan

Cinta - Cerita

Cinta - Doa

Cinta - Kecantikan

Cinta - Kesehatan

Cinta - Liputan Khusus

Cinta - Masakan & Minuman

Cinta - Musik

Cinta - Muslimah

Cinta - Puisi

Cinta - Rukun Iman & Islam

Links


Archieve

December 2004[x] January 2005[x] August 2005[x]