Bocah-bocah yang Selamat Itu Berkisah | Tuesday, January 18, 2005
Bocah-bocah yang Selamat Itu Berkisah
SEORANG bocah laki-laki berpegangan erat di sebuah papan. Warga yang bergerombol di sebuah jembatan pada Jumat (31/12) lalu melihatnya. Mereka mengamatinya sesaat, lalu segera menolong. Bocah itu sudah tak bernyawa. Tubuhnya diayun-ayun riak air, membentur-bentur pilar jembatan. Warga mengangkatnya dari air, meletakkannya bersama jenazah lain untuk dikuburkan secara massal.
Bocah itu tidak seberuntung Aulia (11) dan Mohammad (4), yang berhasil lolos dari maut ketika gempa bumi dan gelombang dahsyat tsunami melanda Nanggroe Aceh Darussalam, Minggu (26/12). Aulia kepada Gordon Weiss, Koordinator Media dan Operasi Kedaruratan UNICEF (Badan Dunia untuk Dana Darurat bagi Anak-anak), mengisahkan, ia lari sekencang-kencangnya ketika gelombang pasang mulai menerjang. Secara naluri, ia hanya mengikuti langkah kakak laki-lakinya, menuju daratan yang lebih tinggi, sebuah perbukitan di belakang rumah mereka. Terbata-bata ia mengenang, ia nyaris tertelan gelombang saat itu, kalau saja ibunya tidak segera meraihnya, menariknya kuat-kuat.
Mohammad tergulung ombak hingga ke laut bersama ibunya. Ibunya, sambil memeluk erat Mohammad, sempat berpegangan pada dahan sebatang pohon yang tercerabut hingga ke akar-akarnya dan tergulung ombak. Namun, karena derasnya air, pegangan ibunya terlepas dari pohon itu. Mohammad terus memeluk ibunya, yang dengan sisa-sisa kekuatannya mencoba meraih pohon lain yang hanyut dan tergulung gelombang pasang. Mereka bertahan di pohon itu, hingga air menyurut.
Mukjizat Gempa bumi dan gelombang pasang tsunami meninggalkan trauma pada anak-anak yang mengalaminya. Mulyawan Putra (4), yang berhasil menyelamatkan diri bersama ayah, ibu dan adiknya, dalam waktu yang lama ketakutan jika melihat gerombolan orang. Bahkan, sesekali ia pingsan. Dengan pelan ia mengaku, ketika menyelamatkan diri, dari balik punggung ayahnya ia melihat segerombol orang digulung ombak. Pemandangan itu membuatnya ketakutan.
Tiga bocah Thailand menceritakan pengalamannya saat luput dari bencana dahsyat itu. Oat (3) sedang sarapan bersama ibunya ketika gelombang mematikan itu menghantam kampungnya di Baan Nam Kem, Minggu itu. Ayah Oat yang bekerja sebagai nelayan, sedang melaut.
Ibunya langsung menyambarnya ketika gelombang tsunami mulai datang dan lari sekencang mungkin. Tetapi usahanya sia-sia. Gelombang pasang menggulungnya. Satu hal yang tetap diingatnya adalah tidak melepaskan Oat sedetik pun. Ia, yang tak bisa berenang, berjuang sekuat tenaga, hingga terlihat serombongan orang bertengger di atap sebuah mobil. Ia berteriak-teriak minta tolong, dan orang-orang itu meraihnya.
Malang bagi mereka, atap mobil itu tidak cukup tinggi ketika gelombang pasang susulan menerpa. Semua orang di atap kendaraan itu terseret gelombang pasang. Oat terlepas dari tangan ibunya, dan tergulung-gulung gelombang. Si ibu yang tak bisa berenang nekat terjun ke air, meraihnya, dan memanggulnya. Dengan sisa-sisa kekuatan, ia terus berjuang lepas dari jebakan air, menggapai sebuah pohon dan bertahan di tempat itu hingga datang pertolongan.
"Oat terserang demam. Ia terlalu banyak kemasukan air laut. Tubuhnya berubah kuning. Bersyukur, setelah dirawat di rumah sakit keadaannya mulai membaik," kata ibunya. Namun, penderitaan keluarga itu belum berakhir. Kini Oat diliputi trauma. Ia sering ketakutan, lalu tiba-tiba saja tubuhnya menggelung, mengerut. Demi anaknya, keluarga itu kini memutuskan pindah ke Ranong, tempat yang lebih aman, dan gelombang tsunami tak akan mencapainya.
Trauma juga melingkupi Ing (11). Ia selamat karena sempat melarikan diri bersama neneknya. Mereka ditolong orang-orang yang melarikan diri dengan naik truk. "Gelombang pasang itu tinggi sekali, setinggi pohon pinus. Kami yang berada di truk menangis menjerit-jerit ketakutan," katanya mengenang.
Ing mendapati rumah bibinya, tempat ia tinggal selama ini, rata dengan tanah. Kenyataan itu membuatnya takut. Ia tak ingin tinggal di wilayah itu lagi. "Saya tak sempat menyelamatkan bibi yang selama ini memelihara saya. Saya hanya mendapati baju dan jam tangannya," ia menambahkan.
Diew (3) luput dari bencana alam karena mukjizat. Ketika gelombang pasang datang menggulung wilayah pantai barat Thailand pada Minggu (26/12) itu, ia terseret gelombang. Namun, tubuhnya tersangkut pepohonan mangrove. Tiga hari kemudian ia ditemukan tim pencari.
"Ia sedang berada di rumah tetangga ketika gelombang pasang pertama melanda. Saya mendengar orang-orang berteriak untuk menyuruh kami lari. Segera saya mendapatkannya, lalu kami lari sekencang mungkin. Saya terluka, konsentrasi saya terpecah, dan Diew terlepas dari saya," kata Suparat (28), ibu Diew. Dalam kepanikan dan kesakitan ia mencari-cari Diew, tetapi gelombang pasang susulan menerjangnya. Suparat memusatkan perhatian untuk menyelamatkan diri, dalam kondisi badan yang sudah sangat lelah dan lemah. Ia selamat.
Diew ditemukan tim pencari tiga hari kemudian dalam keadaan lemah. Tubuhnya penuh bekas gigitan nyamuk. Namun, ia tidak tampak ketakutan. "Lapar," kata Diew ketika ditemukan. Ia juga minta Coca-Cola. Sungguh mukjizat, ia tidak terluka serius, kecuali tergores di sana-sini dan penuh bekas gigitan nyamuk.
Selain lapar, Diew mengatakan sangat merindukan ibu dan ayahnya. "Takut gelap. Manggil-manggil, tapi tidak ada yang datang," ia berkisah. Suparat menambahkan, anaknya itu menggerak-gerakkan pohon mangrove ketika mendengar orang datang. Diew, kata tim pencari, telah menolong dirinya sendiri. Suparat bersyukur bencana itu tidak membuat anaknya trauma. Diew bahkan sudah berenang di laut. Kini ia mendapat julukan baru, "iron man", si manusia besi.
(Berbagai sumber/UNICEF.org/A-18) Suara Pembaruan Daily
*************************
Created at 11:19 AM
*************************
|
|
welcome
hello
MENU
HOME
Cinta Ku
Cinta - Al- Qur'an & Hadist
Cinta - Artikel
Cinta - Berita
Cinta - Busana & Perkawinan
Cinta - Cerita
Cinta - Doa
Cinta - Kecantikan
Cinta - Kesehatan
Cinta - Liputan Khusus
Cinta - Masakan & Minuman
Cinta - Musik
Cinta - Muslimah
Cinta - Puisi
Cinta - Rukun Iman & Islam
Links
Archieve
December 2004[x] January 2005[x] August 2005[x]
|
|