Doa Cut Rahimah buat Desy Chaerami | Tuesday, January 11, 2005
Doa Cut Rahimah buat Desy Chaerami
MONITOR alat penunjuk detak jantung di dekat tempat tidur beberapa orang bocah bergerak turun naik. Gerakan naik turun alat penunjuk detak jantung tersebut merupakan bukti di mana bocah-bocah itu sedang berjuang untuk tetap hidup.
Tidak hanya alat tersebut, selang infus dan selang pernapasan yang menjulur melekat di muka dan tubuh mereka sehingga muka bocah-bocah tersebut sebagian tertutup plester putih yang sengaja dilekatkan untuk menahan selang-selang itu.
Mereka adalah bocah-bocah korban gelombang tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), yang beruntung dapat selamat. Salah satu dari bocah yang tergolek itu bernama Desy Chaerami, 1,6, kini terbaring lemah di ruang ICU (Intensive Care Unit) Rumah Sakit Anak dan Bersalin (RSAB) Harapan Kita.
Selain Desy, teman-teman sebayanya juga tergolek melawan maut di ruang ICU RSAB Harapan Kita. Mereka adalah Margaretha, 7, Maharani, 2,3, Cut Adam, 1,5, Cut Fabiola, 9 bulan, dan Rahmat Suhada, 3.
Mereka, para bocah tersebut, hingga kemarin berada di ruang ICU. Mereka tidak mampu lagi bercanda dan tertawa sebagaimana teman sebayanya yang lain.
Wajah imut-imut mereka tak lagi memancarkan sinar keceriaan. Bocah-bocah itu tergolek lemas tanpa daya di ruang ICU.
Ketika Media masuk ke ruangan tersebut, bocah-bocah malang itu tampak terbaring di enam tempat tidur. Masing-masing matanya terpejam dan dua lubang hidung disumbat selang. Alat bantu pernapasan, infant ventilator dan monitor penunjuk detak jantung berada di sekeliling tempat tidur keenam bocah itu.
Tampak ada kesibukan di salah satu tempat tidur salah seorang dari bocah itu. Seorang dokter dibantu tiga perawat sedang berusaha keras menyelamatkan nyawa sang bocah itu. Wajah dokter itu kelihatan tegang.
Sementara seorang perawat berkali-kali menekan bagian dada dari salah seorang anak itu untuk membantu pernapasan.
Sayangnya, ketika Media berusaha mendekati tempat tidur bocah yang menghadapi kondisi paling kritis tidak diizinkan. Sehingga, tidak jelas siapa nama bocah tersebut. Dua anggota keluarga bayi itu ditemani seorang staf lembaga swadaya masyarakat (LSM) menunggu di sisi tempat tidurnya.
Sementara itu, di dalam musala rumah sakit anak terbesar di Indonesia ini, yang berdekatan dengan ruang ICU, seorang ibu, Cut Rahimah, 56, tampak khusyuk menjalankan ibadah salat Zuhur.
Usai salat, sang ibu sambil tetap mengenakan mukena, menengadahkan tangannya, dan tak beberapa lama titik-titik air bening keluar dari matanya hingga mengalir ke pipi. Sesekali matanya pun terpejam. Dari mulutnya meluncurkan kata demi kata, doa pertolongan dari Allah swt. Di sela-sela doanya, si ibu tak henti-henti mengucapkan satu nama. Adalah, Desy Chaerami yang masih tergolek di dalam ruang ICU.
Desy bukan cucunya, juga bukan pula darah dagingnya. Tetapi, Desy yang kini telah ditinggalkan kedua orang tuanya untuk selamanya, sudah dianggap cucu oleh Cut Rahimah dari Desa Ponge Blancut, Banda Aceh.
Bahkan, kedekatannya dengan Desy telah membuat Kepala TK Permata Bunda Banda Aceh itu tidak henti-hentinya menangis dan berdoa untuk Desy.
Hanyut di sungai
Kisah kedekatan Desy dengan Cut Rahimah ketika dua hari setelah gempa dan tsunami menyapu Kota Banda Aceh. Tidak jauh dari tempat tinggal Cut Rahimah mengalir sungai Ponge Blancut, sesuai nama daerah itu.
Tiba-tiba muncul sebuah pemandangan ajaib, namun memilukan. Seorang bayi terapung-apung di atas tumpukan kayu. Anak dari Cut Rahimah, Dedy Afrizal, 29, yang juga anggota polisi dari Polda Aceh, memang sedang bertugas menyelamatkan warga dari gelombang laut tsunami.
Ketika melihat bocah terapung-apung di atas sungai, spontan Dedy menceburkan diri menyelamatkan bocah yang kurus itu. Sekujur tubuh bayi itu sudah dipenuhi luka. Tubuhnya lemah dan napasnya sesak.
Akhirnya, bayi yang sudah tidak diketahui kedua orang tuanya itu dianggap anak dan dibawa Cut Rahimah.
Cut Rahimah sendiri bersama keluarganya tidak luput dari terpaan gelombang tsunami. Namun, beruntung dia bersama suami, Amirudin, 56, serta puluhan tetangganya bisa menyelamatkan di dari terkaman air.
''Alhamdulillah, Saya sekeluarga bersyukur bisa selamat karena naik loteng rumah. Saya juga bersyukur rumah kami tidak runtuh,'' katanya.
Sebagai seorang guru TK, perasaan Cut Rahimah tidak bisa dipisahkan dengan anak-anak. Anak-anak telah menjadi bagian hidupnya. Ketika bisa membawa Desy, dia bertekad untuk selalu dekat dengannya.
Bahkan dalam setiap pembicaraan dan doanya, dari mulut Cut tidak pernah lepas menyebut nama Desy.
Sementara itu, Rini Rahmawati, Humas RSAB Harapan Kita mengatakan bahwa sejak 2 Januari hingga kemarin jumlah pasien yang datang terdapat 10 orang. Tiga orang pasien asal Aceh itu adalah dewasa dan telah diizinkan pulang.
Terakhir bayi asal NAD yang baru datang untuk dirawat adalah Rahmad Suhada, 3. Bayi ini nasibnya tidak berbeda dengan Maharani dan Desy yang telah menjadi yatim piatu.
Soal biaya, Rini mengatakan pihak RSAB Harapan Kita sesuai janji pemerintah akan menanggung biaya perawatan untuk ruang kelas 3. (Deri Dahuri/V-2)
www.mediaindo.co.id
*************************
Created at 1:09 PM
*************************
|
|
welcome
hello
MENU
HOME
Cinta Ku
Cinta - Al- Qur'an & Hadist
Cinta - Artikel
Cinta - Berita
Cinta - Busana & Perkawinan
Cinta - Cerita
Cinta - Doa
Cinta - Kecantikan
Cinta - Kesehatan
Cinta - Liputan Khusus
Cinta - Masakan & Minuman
Cinta - Musik
Cinta - Muslimah
Cinta - Puisi
Cinta - Rukun Iman & Islam
Links
Archieve
December 2004[x] January 2005[x] August 2005[x]
|
|