Rintihan Ibu Pertiwi | Tuesday, January 04, 2005
Rintihan Ibu Pertiwi Ratna Megawangi
"Meski ibu menderita kesakitan ketika melahirkan anak, janin mendobrak keluar dari penjaranya. Sebelum sang ibu merasakan kesakitan ketika melahirkan, anak tidak menemukan jalan untuk dilahirkan... Rasa sakit itu penting, sebab ia akan membuka jalan bagi si anak"
Jalaluddin Rumi, Mastnawi III
NTAH bagaimana saya mengutarakan perasaan hati yang begitu lelah menyaksikan bagaimana tragis dan mencekamnya akibat gempa dan badai tsunami di Aceh dan belahan dunia lainnya. Sepanjang hidup saya, mungkin juga sama dengan para pembaca lainnya, inilah pertama kali saya melihat begitu dahsyatnya sebuah bencana alam, dan merasakan bagaimana kepedihan yang dialami oleh mereka yang sedang dilanda musibah.
Ketika suami saya (Menteri Komunikasi dan Informasi, Sofyan Djalil - Red) berangkat ke Aceh pada hari Minggu siang, yaitu beberapa jam setelah mendengar berita gempa di Aceh, kami tidak menyangka bahwa ada badai tsunami yang mahahebat telah terjadi, sehingga suami saya bilang bahwa ia mungkin akan segera kembali ke Jakarta pada malam harinya. Ternyata ia harus tinggal di sana sampai entah kapan, karena situasi yang begitu parah yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Ia sempat menyaksikan bagaimana porak- porandanya Kota Banda Aceh dengan mayat-mayat yang bergelimpangan di mana-mana. Karena begitu sulitnya keadaan, ia merasa bersyukur ketika pada hari-hari pertama dapat makan nasi dengan kecap saja, karena belum tentu warga yang terkena musibah bisa memperoleh makanan.
Pemerintahan setempat sempat lumpuh beberapa hari, karena semua pejabat dan aparatnya adalah korban, dan banyak dari mereka yang sibuk mencari suami, istri, anak, dan sanak saudaranya yang hilang. Inilah yang membuat suami saya tertahan di Aceh, karena segalanya begitu kacau dan memerlukan penanganan dengan segera.
Saya bisa mengerti mengapa suami saya bisa terlibat secara emosional sekarang, karena ia melihat secara langsung suasana yang mencekam, serta kepanikan dan jeritan tangis warga Aceh yang terkena musibah. Juga ketika Najwa Shihab dari Metro TV yang tidak dapat menutupi perasaannya ketika melaporkan apa yang dilihatnya di Aceh sambil menangis. Bagaimana tidak, kita pun yang menyaksikan hanya dari layar kaca TV saja, sudah begitu terpengaruh dan tersentuh.
*
ENTAH apa hikmah di balik itu semua, tetapi yang jelas bagi kita yang masih hidup telah diberikan momentum berharga untuk dapat merenungkan kembali betapa kecil dan tidak berdayanya manusia, serta betapa harta dan nyawa dapat hilang dalam waktu sekejap. Bagi kita yang menyaksikan dari jauh, kejadian ini dapat mengasah rasa empati dan kepedulian kita kepada mereka yang sedang terkena musibah.
Ternyata cukup banyak masyarakat yang tersentuh jiwanya, sehingga banyak yang melontarkan pernyataan simpati belasungkawa, atau tergerak hatinya untuk memberikan bantuan materi. Ada juga beberapa pemuda dan mahasiswa yang ingin menjadi relawan ke Aceh, dan para selebriti yang rela berpanas-panas di bawah terik matahari untuk meminta sumbangan kepada para pengendara mobil.
Sungguh, ada sebuah harapan besar ketika menyaksikan ini semua, bahwa ternyata masih terlihat bagian sisi terang dari jiwa-jiwa manusia Indonesia, yang mungkin selama ini masih sering terselimut kabut.
*
SAYA jadi teringat sajaknya Rumi di atas yang menggambarkan kelahiran jiwa baru dari dunia yang sesak dan gelap ke arah dunia yang lebih lapang dan terang, seperti ibaratnya proses kelahiran anak. Bumi Pertiwi memang sedang merintih dan menghentak-hentakkan tubuhnya, karena mungkin sedang mengingatkan jiwa-jiwa yang berkelana di muka bumi ini untuk keluar menuju kesempurnaan.
Seperti halnya janin yang berkembang menuju kesempurnaan di dalam rahim ibu, manusia di bumi ini juga dapat berkembang menuju kesempurnaan jiwa, sehingga dapat terbebaskan dari dunia ini untuk menyatu dengan Yang Maha Sempurna.
Jiwa manusia mempunyai potensi baik dan buruk, seperti firman Tuhan, "Lalu Tuhan memperkenalkan kepada setiap jiwa keburukan dan kebaikannya" (QS 91:8). Menurut teks-teks Sufi, jiwa digambarkan memiliki berbagai kemungkinan, dan menurut Al Ghazali, kebanyakan bersifat negatif, yaitu kesombongan, tidak mau dikalahkan, senang akan pujian, curiga, dendam, kejam, iri hati, dan penipu. Sedangkan sifat yang positif adalah kerendah-hatian, kepedulian, cinta, dan sifat-sifat baik lainnya yang merupakan sifat Illahiah atau Kesucian.
Mungkin inilah saat terbaik bagi kita yang masih hidup untuk menyempurnakan jiwa kita, yaitu bagaimana menjadi manusia yang rendah hati, peduli, saling mengasihi dan menolong. Karena, seperti halnya janin di dalam rahim yang tidak berkembang secara sempurna, sehingga dilahirkan untuk tidak mendapatkan manfaat optimal dari kehidupan dunia, perkembangan jiwa juga bisa tidak sempurna, sehingga jiwa-jiwa yang cacat ini akan merana ketika mereka terpisah dari badan manusia, yaitu pada kehidupan akhirat kelak. * SUNGGUH disayangkan ketika ada saja manusia yang masih terus mencari kambing hitam seraya melontarkan cacian dan makian, bahwa ini semua adalah kesalahan atau azab bagi para pemimpin. Kita semua mempunyai andil mengapa Ibu Pertiwi ini merana, dan marilah kita dengan rendah hati menerima bahwa ini adalah kesalahan kita semua.
Seperti apa yang dikatakan oleh Jalaluddin Rumi dalan Matsnawi-nya: Selalu periksa keadaan batinmu/Menggunakan sang Raja (sifat Illahiah) di hatimu/Tembaga tidak pernah mengetahui dirinya tembaga, sebelum ia berubah menjadi emas/Cinta-kasihmu tidak akan mengenal Rajanya, sebelum ia menyadari ketidakberdayaannya.
Cukuplah hentakan dan rintihan ibu pertiwi kali ini untuk mengingatkan kita bahwa jalan menuju kelahiran jiwa sudah terbuka. Cukuplah hembusan badai Ibu Pertiwi yang dapat menyapu kabut-kabut jiwa menjadi lebih terang. Mari kita songsong hari yang lebih cerah di tahun 2005. Selamat Tahun Baru! *
suarapembaruan.com
*************************
Created at 1:56 PM
*************************
|
|
welcome
hello
MENU
HOME
Cinta Ku
Cinta - Al- Qur'an & Hadist
Cinta - Artikel
Cinta - Berita
Cinta - Busana & Perkawinan
Cinta - Cerita
Cinta - Doa
Cinta - Kecantikan
Cinta - Kesehatan
Cinta - Liputan Khusus
Cinta - Masakan & Minuman
Cinta - Musik
Cinta - Muslimah
Cinta - Puisi
Cinta - Rukun Iman & Islam
Links
Archieve
December 2004[x] January 2005[x] August 2005[x]
|
|