Sekeluarga Selamat di Tengah Ganasnya Badai Tsunami | Sunday, January 09, 2005
Sekeluarga Selamat di Tengah Ganasnya Badai Tsunami
Suami di Atap Masjid, Anak Istri Tertahan Pohon Banyak orang hilang di tengah badai tsunami. Tapi, keluarga yang satu ini masih utuh. Mereka sempat berpisah dua hari di pengungsian. Bagaimana cerita keajaiban selamatnya keluarga dengan dua anak tersebut?
Zainal Abidin, Banda Aceh
Ucapan syukur tiada henti diucapkan Riyadi, 33. Bagaimana tidak. Tuhan masih mengizinkannya berkumpul dengan seluruh keluarganya. Istri dan kedua anaknya juga berhasil lolos dari maut dalam gulungan ombak ganas yang telah meluluhlantakkan Banda Aceh tersebut.
Sri Erlinda, 27, sang istri, terlihat duduk berdekatan dengan kedua putrinya. Ria Yulianti, 8, dan Desriyanti, 7, tak henti-henti dipeluk serta diciuminya.
Pada Minggu nahas tersebut, sekitar pukul 06.30, Riyadi pergi ke tempat kerjanya, tepatnya di Apotek Asia, Jl Muhammad Djam, Banda Aceh. Sedangkan istri dan kedua anaknya tinggal di rumah di Perumahan BTN Ajun, Lorong Nusa Indah 3.
"Saat sedang bersiap-siap membuka apotek, tiba-tiba gempa terjadi," katanya kepada koran ini saat ditemui di pengungsian Bandara Iskandar Muda, Banda Aceh.
Guncangan yang sangat keras membuat dirinya sempat jatuh karena tidak kuasa berdiri. "Saya melihat, di luar, semua orang lari keluar," ungkapnya.
Setelah sekitar lima menit, gempa itu berhenti. Riyadi yang masih shock bersama puluhan warga di sekitar tempat tersebut hanya bisa terpaku. "Yang benar-benar di luar perkiraan saya, orang-orang tiba-tiba berhamburan lagi. Mereka berteriak, Air bah datang? air datang’," ujarnya sambil menghela napas panjang.
Di antara ratusan warga yang dikejutkan oleh datangnya air bah secara tiba-tiba tersebut, Riyadi langsung berlari. Usahanya pun sia-sia. Gulungan ombak berketinggian sekitar lima meter langsung menerkamnya. "Saya dibawa arus. Alhamdulillah, saya berhasil meraih pagar di Masjid Baiturrahman," jelasnya.
Dengan sisa-sisa tenaga, dia berhasil memanjat atap bangunan yang hingga kini masih terlihat kukuh di tengah Kota Banda Aceh tersebut. Tapi, bajunya sudah terkoyak. Badannya menggigil.
Kurang lebih setengah jam, dia dan puluhan warga bertahan di atap Baiturrahman. Dia menyaksikan mayat-mayat yang hanyut di bawa badai tsunami itu. Begitu air mereda, dia menyaksikan pemandangan yang amat memilukan. Banyak mayat-mayat berserakan di antara puing-puing yang terbawa arus. "Begitu air menyusut, yang ada di pikiran saya hanya istri dan anak-anak," katanya.
Riyadi langsung turun dari atap masjid. Di tengah air yang setinggi lutut itu, dia berusaha menggapai rumahnya yang berjarak tujuh kilometer dari Baiturrahman. Tidak mudah mencapai kampung halamannya tersebut. Dia menorobos belantara mayat.
"Sepanjang perjalanan itu, saya melihat mayat-mayat terapung dan sebagian tertimbun puing-puing," ujarnya sambil meneteskan air mata.
Rumahnya hancur. Perumahan tempat tinggalnya berubah menjadi lapangan luas. Pemandangan tersebut membuatnya shock. Yang membuatnya terpukul adalah berpisah dengan anaknya.
Di mana Erlinda dan kedua anaknya ? Pada saat monster tsunami itu datang, Erlinda dan kedua anaknya sempat terseret air bah. "Seluruh lorong (jalan) tersapu habis. Saya dan anak-anak berlari menuju tempat lebih tinggi," katanya.
Untungnya, dia bertemu dengan warga yang mengendarai sebuah mobil pikap. Tanpa pikir panjang, Erlinda -yang telah menikah dengan Riyadi selama sepuluh tahun itu- langsung melemparkan kedua putrinya ke dalam bak mobil tersebut. "Saya pun harus berebut dengan orang-orang biar bisa naik," tuturnya sambil menyeka air mata yang tiba-tiba meleleh di pipi.
Untuk bisa naik ke pikap tersebut, benar-benar dibutuhkan perjuangan luar biasa. Sejumlah orang yang gagal naik terseret banjir.
Mobil yang membawanya itu dikejar tsunami. Tanpa diduga, mesin mobil tiba-tiba mati. "Ada sepuluh orang di atas mobil. Kami lalu terseret arus," ungkapnya.
"Saya sudah pasrah, hanya bisa menyebut asma Tuhan. Sebab, banyak mobil-mobil di sekitar kami berpusing-pusing (terguling-guling) dibawa ombak," imbuhnya.
Di tengah doanya itu, tiba-tiba mobil yang ditumpanginya tersangkut di pohon besar di pinggir Jl Raya Meulaboh-Banda Aceh. "Saya tersangkut di batang pohon itu sampai air benar-benar surut," katanya. Setelah air surut, Erlinda dan kedua anaknya bersama ribuan pengungsi lain menuju ke daerah Keutapang, tepatnya di Desa Geu Gajah, yang tidak terkena dampak tsunami.
Di tempat pengungsian, hatianya kacau memikirkan nasib suaminya. Di situ, bersama kedua anaknya, dia bertahan hidup seadanya. "Di situlah saya bertemu dengan suami saya," tambahnya
Pertemuan satu keluarga tersebut terjadi setelah Riyadi mencarinya selama dua hari. "Kata Bang Riyadi, dia tahu keberadaan saya dari tetangga yang ditemuinya di jalan," ungkapnya.
"Ini benar-benar pertolongan Tuhan. Saya hanya bersyukur dan bersyukur," ucapnya dengan bibir bergetar. Lantas, apakah mereka ingin tetap tinggal di Banda Aceh? Erlinda bermaksud kembali tinggal di tanah kelahirannya itu. "Bagaimanapun beratnya musibah yang saya alami, saya tetap ingin tinggal di sini" ujar perempuan asli Meulaboh itu. (Zainal Abidin)
*************************
Created at 5:51 AM
*************************
|
|
welcome
hello
MENU
HOME
Cinta Ku
Cinta - Al- Qur'an & Hadist
Cinta - Artikel
Cinta - Berita
Cinta - Busana & Perkawinan
Cinta - Cerita
Cinta - Doa
Cinta - Kecantikan
Cinta - Kesehatan
Cinta - Liputan Khusus
Cinta - Masakan & Minuman
Cinta - Musik
Cinta - Muslimah
Cinta - Puisi
Cinta - Rukun Iman & Islam
Links
Archieve
December 2004[x] January 2005[x] August 2005[x]
|
|