Tak Henti Mencari Keluarga yang Hilang | Wednesday, January 05, 2005
Tak Henti Mencari Keluarga yang Hilang
MATANYA yang memerah tampak membengkak. Sedikit perih, sebetulnya, tetapi Hj Yusriyah (49) tak melepaskan pandangannya ke keramaian. Ia mencari-cari dan terus mencari-cari, tetapi tidak ada keluarga yang dilihatnya.
Di tengah-tengah kepedihan membayangkan keselamatan orang-orang yang dicintainya, ia terus berupaya. Ditahannya langkahnya untuk tetap berada di Bandara Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Aceh Besar. Ia terus memandang kerumunan. Ia menghempaskan tubuhnya jika merasa lelah, menyelonjorkan kakinya.
"Tidak enak rasanya meninggalkan daerah ini tanpa sanak dan keluarga. Saya sudah berusaha memandang sekeliling mencari mereka. Saya sudah tidak sanggup berjalan lagi. Batin dan tenaga ini rasa-rasanya sudah tidak sanggup lagi melihat kenyataan ini. Banyak keluarga yang belum ditemukan," ia mengeluh.
Ibu empat itu tinggal di Desa Blower, Kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh. Wilayah itu termasuk daerah yang warganya banyak terenggut nyawanya ketika gempa dan gelombang pasang tsunami melanda. "Kami sekeluarga termasuk dari keturunan nenek moyang yang banyak menunaikan ibadah haji di Mekkah," katanya.
Yusriyah sepertinya tidak mampu menerima kenyataan itu. Ia menganggap Tuhan Yang Maha Esa telah murka kepadanya. "Tapi, mengapa kami yang sudah sering pergi ke Tanah Suci harus dapat menerima kenyataan pahit ini? Apa dosa-dosa kami?" ujarnya sambil menangis.
Tiga anaknya, Hj Luidiyah (24), Yuliah (23), dan Dedi (16), kemudian memeluknya. Yusriyah pun tersadar, ucapan itu sebenarnya tidak pantas diutarakannya. "Tuhan ternyata telah menunjukkan kebesaranNya," ia pun mengucap.
Yusriyah mengaku kehilangan banyak keluarga. "Bila dihitung-hitung, jumlahnya lebih dari 100 orang, dari orangtua, kakak, adik, paman, dan keponakan-keponakan. Tidak ada lagi kebahagiaan selain mengingat masa-masa bersama mereka," ucapnya.
Tiga Meter
Yusriyah bersama anak-anaknya, Luidiyah, Yuliah, maupun Dedi, memang tak menyangka terluput dari amukan gelombang pasang yang berketinggian hingga 3 meter lebih. Saat itu, keempatnya berada di rumah. Sementara Dani, anaknya nomor tiga, sedang berada di Medan.
Sungguh tidak disangka. Ombak itu begitu besar hingga menenggelamkan rumah. Gemuruh pun begitu kuat, dan kami semua lari sekuat tenaga.
"Tidak ada lagi pikiran saat kejadian. Semuanya kosong, sepertinya diri ini sudah tidak ada lagi. Kami bersyukur meski banyak keluarga yang hilang," Luidiyah menambahkan.
Ia tidak menyangka mereka bisa selamat. Padahal, kalau dipikir-pikir, saat berusaha menyelamatkan diri, hantaman ombak telah mencampakkan mereka semua. Selamat dari musibah, mereka sempat merasa kehilangan. Namun, kecemasan itu akhirnya terjawab. Mereka bertemu ibunya di tempat pengungsian.
"Kami bertemu ibu di tempat pengungsian, dekat bandara penerbangan," katanya lagi. Tapi, keluarga terdekat lainnya, seperti kakek, Agam Zumiran (100), nenek Umi Kalsum (98), Muhammad Syarif (57), H Zainuddin Abbas, Ikli Abbas, H Farian, Marida Abas, Salmi, Mutiah dan keluarga lainnya yang kesemuanya sudah menunaikan ibadah haji, juga lenyap disapu tsunami minggu lalu.
Apa yang dirasakan Luidiyah, sama dengan yang dikhawatirkan Dedi. Dedi mengaku bisa selamat karena merasakan ada orang yang memegang tubuhnya, yang kemudian melemparkannya ke atas sebuah pohon yang tinggi dan besar. Ia beranggapan, tangan besar itu merupakan tangan malaikat utusan-Nya.
Musibah gempa dan tsunami di NAD memang sungguh luar biasa. Masyarakat yang tinggal di kota maupun pelosok desa, tidak luput dari sasaran ombak besar. Kendati demikian, tidak sedikit pula yang diselamatkan. Semuanya tidak menyangka bisa selamat dari bencana tersebut.
"Saya sudah berusaha berlari sekuat-kuatnya hingga ke atas gunung. Banyak orang yang juga ikut bersama saya menyelamatkan diri ke atas sana. Sesampai di atas, ombak besar justru menyambut kami semua. Saya tersangkut di atas pohon, sementara yang lainnya dibawa hanyut oleh ombak tadi," Zainuddin mengenang.
Ia mengaku banyak kehilangan keluarga. Ia juga berusaha mencari-cari keluarganya yang hilang, hingga kini. Namun, sampai hari ketujuh pascagempa dan tsunami itu, ia juga tidak menemukan Siti Rohiya dan dua anaknya. "Kami dipisahkan ombak besar itu," ujarnya, lirih.
Dalam keadaan pasrah, Zainuddin bersama pengungsi lainnya, termasuk Yusriyah, Luidiyah, Yuliah, Dedi, akhirnya berangkat dari Blang Bintang. Mereka berharap, nantinya dapat bertemu kembali keluarga tercinta setiba di Medan.
"Kami merasakan keluarga tercinta masih ada. Kami berdoa dan bermohon agar mereka diselamatkan," mereka berharap.
PEMBARUAN/ARNOLD H SIANTURI
*************************
Created at 10:30 PM
*************************
|
|
welcome
hello
MENU
HOME
Cinta Ku
Cinta - Al- Qur'an & Hadist
Cinta - Artikel
Cinta - Berita
Cinta - Busana & Perkawinan
Cinta - Cerita
Cinta - Doa
Cinta - Kecantikan
Cinta - Kesehatan
Cinta - Liputan Khusus
Cinta - Masakan & Minuman
Cinta - Musik
Cinta - Muslimah
Cinta - Puisi
Cinta - Rukun Iman & Islam
Links
Archieve
December 2004[x] January 2005[x] August 2005[x]
|
|