Walau Hidup Tapi Disayat Sembilu | Monday, January 17, 2005
Walau Hidup Tapi Disayat Sembilu
LEBAM-lebam berwarna biru dan goresan memanjang hingga ke telinga masih membekas di pipi kirinya. Sementara bekas luka lain yang sudah sembuh juga menjadi pertanda benturan keras yang menghujam ke sekucur mukan dan kepala Aulia Fachrizal (9) saat tergulung ombak Tsunami dan gempa di Aceh (26/12) lalu.
Wajah polosnya memancarkan kegalauan. Bungsu dari dua bersaudara itu kini tinggal di Jakarta untuk sementara dengan ayahnya, sebagai satu-satunya keluarga inti yang masih hidup. Sementara Ibunda tercinta, Hasnah, dan kakaknya, Amelia (13) dipastikan tewas dan mayatnya hingga sekarang belum ditemukan.
Hantaman gelombang laut setinggi sembilan meter di Aceh yang membuat seluruh dunia tercengang itu kini masih membekas dalam di hati dan benak Aulia yang biasa menyebut dirinya Adik itu.
Bertutur tidak runut Adik mencoba mengingat kejadian. Rasa pedih yang terus menghantuinya juga sering datang dalam mimpi. Dalam mimpinya Adik mengaku masih sering melihat mamak dan kakaknya.
Adik yang ditemui di posko Media Group Kedoya pada Jum'at (7/1),
dalam percakapan sering tiba-tiba terdiam dan perlahan menundukan kepala. Beban hidup yang dia emban dalam usia belia tampaknya terlalu berat. Sehingga Adik seakan tidak sanggup memaparkan secara runut gambaran akan Ibu dan Kakak dalam mimpinya.
Dengan mata menerawang, Adik menceritakan kisah pilu bagaimana ia bisa selamat dari terpaan gelombang Tsunami yang datang tanpa diduga itu telah menghempaskan dia dan sanak saudarnya tanpa arah. Sesaat Adik mengetahui terpaat gelombang besar telah melepaskan ia dari mereka. Rasa ingin hidup ada pada diri Adik dan dia pun naik ke ambar (karpet). Namun beban Adik mempuat ampar tenggelam.
Entah berapa lama dari peristiwa itu, Adik kemudian sadar kalau dia sudah berada di atas beton dan ditunggui oleh seorang bapak.
Seakan ada yang menusuk dalam hatinya, adek sekali lagi menundukkan badan disertai kepala saat melanjutkan pengalamannya. Berusaha menguatkan ingatan dan melanjutkan ceritanya, dia mengaku baru bertemu dengan ayahnya setelah hari sudah gelap karena lampu seluruh kota mati. Mereka bertemu diatas trotoar dengan seorang pembantu yang menemani.
Siswa kelas 4 SD Bhayangkari ini ternyata kini masih mengalami trauma mendalam. Begitu membekas dan mengerikan di ingatannnya Tsunami itu, sehingga menurut ayahnya Syamsul Bahri, Adik masih takut dengan ketinggian, getaran dan suara gemuruh. Begitu juga nonton televisi yang menayangkan peristiwa itu.
Adapun keberadaan Syamsul dan Adik di Jakarta berkat bantuan kantor Perusahaan Listrik Negara (PKL). Kini mereka tinggal di daerah Slipi Jakarta Barat. Samsyul sendiri tadinya berniat tingga di kamar lantai tujuh, tetapi menurutnya Adik keberatan dan memilih tinggal di lantai dasar, karena takut ketinggian.
Trauma Adik memang bukan main-main, disaat kepalanya diusap-usap ayahnya, tiba-tiba dia berteriak bertanya 'ada gempa' ujarnya sembari mendekap ayahnya.' Padahal sesunguhnya yang terjadi adalah kursi dimana dia duduk hanya bergoyang sedikit.
Menurut Syamsul, setelah musibah Tsunami yang menyebabkan Adik kehilangan orang-orang yang dicintainya, bocah laki-laki kurus ini terlihat sering duduk diam dan termenung, bahkan terkadang matanya yang bulat dan berwarna gelap meneteskan air.
Bahkan Syamsul yang juga tampak sangat terpukul itu mengatakan, beberapa kali dia bertanya akan renungan Adik, namun selalu mendapat jawaban, "Tidak apa-apa dan ia mengaku tidak menangis.''
Syamsul sendiri juga tampak bagai disayat sembilu ketika dia bercerita saat anaknya dipergokinya meneteskan air mata dan tiba-tiba bertanya dimana kakaknya dak ibunya.
Adik memang kerap melontarkan pertanyaan ''Pak, Mamak dimana? Mamak selamat? Kalau tidak, dimana kuburannya?.'' Dengan berusaha manahan air mata menetes Syamsul mengaku kalau pertanyaan itu tidak bisa dia jawab. Dia sendiri terahir melihat istri dan anak yang dikasihinya terhimpit diantara batang kayu dan pagar besi.
Dengan suara purau dia melanjutkan bicara, " Lalu saya tidak melihat mereka lagi karena kami kembali diterpa gelombang Tsunami kedua,'' kata Syamsul berusaha menahan tangis dengan menggigit bibir.(Indira\M-1).
www.mediaindo.co.id
*****
*************************
Created at 3:52 AM
*************************
|
|
welcome
hello
MENU
HOME
Cinta Ku
Cinta - Al- Qur'an & Hadist
Cinta - Artikel
Cinta - Berita
Cinta - Busana & Perkawinan
Cinta - Cerita
Cinta - Doa
Cinta - Kecantikan
Cinta - Kesehatan
Cinta - Liputan Khusus
Cinta - Masakan & Minuman
Cinta - Musik
Cinta - Muslimah
Cinta - Puisi
Cinta - Rukun Iman & Islam
Links
Archieve
December 2004[x] January 2005[x] August 2005[x]
|
|